Ini adalah cerpen buatanku
Sepatu
Cerita ini bermula pada suatu subuh, setelah selesai sholat, saya menyalakan komputer untuk mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan hari itu juga. “Waduh....!! bagaimana ini, tugasnya belum selesai lagi!” gumamku. Selama kurang lebih 1 jam mengerjakan tugas itu, saya langsung bersiap-siap untuk berangkat sekolah. “Akhirnya, selesai juga tugasnya, waktunya siap-siap nih buat berangkat!”gumamku dalam hati. Setelah bersiap-siap untuk berangkat sekolah, saya menuju rak sepatu untuk memakai sepatu.
Sesaat saya di rak sepatu, “Wah...!!! sepatu saya mana nih? Tadi malam kan masih ada!” tanyaku. “Bu, kok sepatu saya tidak ada? Semalam kan masih ada!” tanyaku kepada ibu. “Lupa kali kamu menyimpannya!” jawab ibuku. “Tidak kok. Soalnya semalam saya masih melihat sepatu saya.” jawabku. “Coba kamu cari dulu, siapa tahu ada yang memindahkan sepatumu.” Kata ibuku.
Saat sedang mencari sepatu, ternyata jam sudah menunjukkan pukul 7. “Gawat, sudah jam 7, bisa-bisa saya terlambat nih.” Kejutku sambil melihat jam. “Kamu pakai sepatu kakakmu saja dulu, cuma untuk sehari saja.” Kata ibuku. Karena sudah Kesiangan, akhirnya saya menyetujuinya, tetapi saya belum melihat sepatu milik kakakku seperti apa. “Ini sepatunya, kamu pakai saja dulu. Ukurannya pas kok dengan kakimu.” Kata ibuku sambil menyerahkan sepatu milik kakakku.
“Hah....!!! itu kan sepatu kerja Kak Sarip, Bu? Masa saya pakai sepatu itu buat sekolah.” Jawabku terkejut. “Soalnya tidak ada lagi sepatunya. Yang ada Cuma sepatu milik Kak Ida, memangnya kamu mau memakainya!” jawab ibuku. “Ya sudah, saya pakai sepatu kakak. Daripada saya tidak sekolah cuma gara-gara kehilangan sepatu.” Jawabku pasrah.
Sesampainya di sekolah, bel sudah berbunyi. Saya langsung berlari menuju kelas. “Alhamdulillah, akhirnya sampai juga di sekolah.” Kataku sambil menghela napas. “Tidak seperti biasanya kamu datang terlambat seperti ini!” tanya Budi, teman sebangku ku. “Ya nih. Saya datang terlambat gara-gara kehilangan sepatu, padahal semalam saya masih melihatnya kok. Sudah begitu, saya tidak punya sepatu ganti. Terpaksa saya pakai sepatu milik kakakku.” Jelasku kepada Budi.
Budi pun melihat ke arah kaki ku untuk melihat sepatu kakakku. Sambil tertawa Budi menyindirku “Mau kerja ke mana Mas? Ha...ha...ha....”. “Aneh banget kamu pakai sepatu itu, modelnya aneh, mirip kapal selam. Ha...ha...ha....” ejek Budi. “sudah dong, jangan meledek saya terus. Saya jadi malu nih.” Jawabku pasrah.
Kelas pun dimulai. Saya selalu teringat kata-kata Budi yang mengejekku karena memakai sepatu kakakku, sehingga membuat saya menjadi tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar.
Jam istirahat pun tiba. Saya dengan teman-teman yang lain ingin ke kantin untuk makan siang. Namun, perasaan tidak percaya diriku semakin besar. Setiap siswa yang berpapasan dengan saya selalu melihat ke arah sepatu kakakku sambil tertawa. “sepatunya aneh ya, saya sih malu kalau disuruh pakai sepatu seperti itu.” ejek Andi sambil menunjuk ke arahku. Saya hanya dapat menunduk. “Tidak usah dipikiri. Anggap saja dia iri sama kamu.” kata Tina sambil menghiburku. “benar Ti, tidak usah dipikiri.” Jawabku penuh semangat.
Akhirnya kelas pun di mulai kembali. Dengan semangat, saya mengikuti pelajaran yang diajarkan tanpa terganggu lagi oleh pikiran mengenai sepatu kakakku.
16 Mei 2016 pukul 09.29
Hmmm jangan lupa mampir ke www.safetyshoes.co.id
untuk sepatu safety dengan harga dan kualitas terbaik
21 Juli 2017 pukul 03.34
Keren cerpennya. Ditunggu cerpen lainnya.