Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap problema. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.

Contoh:
Apabila terlihat awan hitam dan langit menjadi pekat, maka seseorang dapat saja menyimpulkan (menduga-duga) berdasarkan pengalamannya bahwa (karena langit mendung, maka..) sebentar lagi hujan akan turun. Apabila ternyata beberapa saat kemudia hujan benar turun, maka dugaan terbukti benar. Secara ilmiah, dugaan ini disebut hipotesis. Namun apabila ternyata tidak turun hujan, maka hipotesisnya dinyatakan keliru.

Asal dan Fungsi Hipotesis

Hipoptesis dapat diturunkan dari teori yang berkaitan dengan masalah yang akan kita teliti. Jadi, Hipotesis tidak jatuh dari langit secara tiba-tiba. Misalnya seorang peneliti akan melakukan penelitian mengenai harga suatu produk maka agar dapat menurunkan hipotesis yang baik, sebaiknya yang bersangkutan membaca teori mengenai penentuan harga.

Fungsi Hipotesis

Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji kebenarannya oleh karena itu hipotesis berfungsi sebagai kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori. Jika hipotesis sudah diuji dan dibuktikan kebenaranya, maka hipotesis tersebut menjadi suatu teori. Jadi sebuah hipotesis diturunkan dari suatu teori yang sudah ada, kemudian diuji kebenarannya dan pada akhirnya memunculkan teori baru. 
Pertimbangan dalam Merumuskan Hipoptesis

  1. Harus mengekpresikan hubungan antara dua variabel atau lebih, maksudnya dalam merumuskan hipotesis seorang peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua variable yang akan dikaji. Kedua variable tersebut adalah variable bebas dan variable tergantung. Jika variabel lebih dari dua, maka biasanya satu variable tergantung dua variabel bebas.
  2. Harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna tidak boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna. Jika hipotesis dirumuskan secara umum, maka hipotesis tersebut tidak dapat diuji secara empiris.
  3. Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara empiris. Sebaiknya Hipotesis jangan mencerminkan unsur-unsur moral, nilai-nilai atau sikap.

Jenis-Jenis Hipotesis

Menurut tingkat abstraksinya hipotesis dibagi menjadi 3 :

  1. Hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan-kesamaan dalam dunia empiris: Hipotesis jenis ini berkaitan dengan pernyataan-pernyataan yang bersifat umum yang kebenarannya diakui oleh orang banyak pada umumnya,
  2. Hipotesis yang berkenaan dengan model ideal: pada kenyataannya dunia ini sangat kompleks, maka untuk mempelajari kekomplesitasan dunia tersebut kita memerlukan bantuan filsafat, metode, tipe-tipe yang ada.
  3. Hipotesis yang digunakan untuk mencari hubungan antar variable: hipotesis ini merumuskan hubungan antar dua atau lebih variable-variabel yang diteliti.  Dalam menyusun hipotesisnya, peneliti harus dapat mengetahui variabel mana yang mempengaruhi variable lainnya sehingga variable tersebut berubah.

Cara Merumuskan Hipotesis 

Cara merumuskan Hipotesis ialah dengan tahapan sebagai berikut: rumuskan Hipotesis penelitian, Hipotesis operasional, dan Hipotesis statistik.

  • Hipotesis penelitian 
    Hipotesis penelitian ialah Hipotesis yang kita buat dan dinyatakan dalam bentuk kalimat.
  • Hipotesis operasional 
    Hipotesis operasional ialah mendefinisikan Hipotesis secara operasional variable-variabel yang ada didalamnya agar dapat dioperasionalisasikan.
  • Hipotesis statistik  
    Hipotesis statistik ialah Hipotesis operasional yang diterjemahkan kedalam bentuk angka-angka statistik sesuai dengan alat ukur yang dipilih oleh peneliti.

Membuat Hipotesis Yang Baik

Persyaratan untuk Membuat Hipotesis yang Baik yaitu :

  • Berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan penelitian dan dirumuskan dengan jelas.
  • Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud untuk dapat diuji secara empiris. Menunjukkan dengan nyata adanya hubungan antara dua variabel atau lebih.
  • Berupa pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang lebih kuat dibandingkan dengan hipotesis rivalnya dan didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.

Menurut bentuknya, Hipotesis dibagi menjadi tiga

  1. Hipotesis penelitian / kerja: Hipotesis penelitian merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji.  Dalam Hipotesis ini peneliti mengaggap benar Hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian Hipotesis dengan mempergunakan data yang diperolehnya selama melakukan penelitian.  
    Misalnya: Ada hubungan antara krisis ekonomi dengan jumlah orang stress
  2. Hipotesis operasional: Hipotesis operasional merupakan Hipotesis yang bersifat obyektif.  Artinya peneliti merumuskan Hipotesis tidak semata-mata berdasarkan anggapan dasarnya, tetapi juga berdasarkan obyektifitasnya, bahwa Hipotesis penelitian yang dibuat belum tentu benar setelah diuji dengan menggunakan data yang ada. Untuk itu peneliti memerlukan Hipotesis pembanding yang bersifat obyektif dan netral atau secara teknis disebut Hipotesis nol (H0).  H0 digunakan untuk memberikan keseimbangan pada Hipotesis penelitian karena peneliti meyakini dalam pengujian nanti benar atau salahnya Hipotesis penelitian tergantung dari bukti-bukti yang diperolehnya selama melakukan penelitian.  
    Contoh: H0: Tidak ada hubungan antara krisis ekonomi dengan jumlah orang stress. 
  3. Hipotesis statistik: Hipotesis statistik merupakan jenis Hipotesis yang dirumuskan dalam bentuk notasi statistik.  Hipotesis ini dirumuskan berdasarkan pengamatan peneliti terhadap populasi dalam bentuk angka-angka (kuantitatif).  
    Misalnya: H0: r = 0; atau H0: p = 0

Ciri-Ciri Hipotesis Yang Baik

Karakteristik Hipotesis yang Baik
Sebuah hipotesis atau dugaan sementara yang baik hendaknya mengandung beberapa hal. Hal – hal tersebut diantaranya :

  1. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
  2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel-variabel.
  3. Hipotesis harus dapat diuji
  4. Hipotesis hendaknya konsistesis dengan pengetahuan yang sudah ada.
  5. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin.

Berikut ini beberapa penjelasan mengenai Hipotesis yang baik :

  • Hipotesis harus menduga Hubungan diantara beberapa variabel
    Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang satu membawa perubahan pada variabel yang lain.
  • Hipotesis harus Dapat Diuji
    Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris.
  • Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan-
    Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya.
  • Hipotesis Dinyatakan Secara Sederhana
    Suatu hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk kalimat deklaratif, hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti untuk membuktikan hipotesis tersebut.

MENGUJI HIPOTESIS

Suatu hipotesis harus dapat diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa yang dapat diamati dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi empiris yang memberi data yang diperlukan. Setelah kita mengumpulkan data, selanjutnya kita harus menyimpulkan hipotesis ,apakah harus menerima atau menolak hipotesis. Ada bahayanya seorang peneliti cenderung untuk menerima atau membenarkan hipotesisnya, karena ia dipengaruhi bias atau perasangka. Dengan menggunakan data kuantitatif yang diolah menurut ketentuan statistik dapat ditiadakan bias itu sedapat mungkin, jadi seorang peneliti harus jujur, jangan memanipulasi data, dan harus menjunjung tinggi penelitian sebagai usaha untuk mencari kebenaran. 

Sumber: klik disini1, disini2 dan disini3

Baca Selengkapnya..

Penelitian adalah mencari jawaban atas masalah yang diajukan. Masalah adalah persoalan yang menuntut adanya jawaban yang tepat dan akurat. 
Masalah adalah:
Kesenjangan antara yang dimiliki dengan apa yang dibutuhkan
Kesenjangan antara yang dilaksanakan dengan yang direncanakan 
Kesenjangan antara kenyataan dengan harapan 
Kesenjangan dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif

Kesimpulannya: munculnya masalah penelitian didasarkan atas fakta empirik yang ada atau yang terjadi di lapangan. Oleh sebab itu perlu analisis atau kajian data, fenomena, fakta yang ada di lapangan, kemudian membandingkannya dengan harapan, keinginan, kebutuhan, berdasakan rencana, konsep, prinsip, aturan dan sistem yang berlaku.  
Secara universal, terdapat tiga jenis pengetahuan yang selama ini mendasari kehidupan manusia yaitu: 

  1. Logika yang dapat membedakan antara benar dan salah; 
  2. Etika yang dapat membedakan antara baik dan buruk; serta
  3. Estetika yang dapat membedakan antara indah dan jelek.

Kepekaan indra yang dimiliki, merupakan modal dasar dalam memperoleh pengetahuan tersebut.Salah satu wujud pengetahuan yang dimiliki manusia adalah pengetahuan ilmiah yang lazim dikatakan sebagai “ilmu”. Ilmu adalah bagian pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan dapat dikatakan ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang didasari oleh dua teori kebenaran yaitu koherensi dan korespondensi. Koherensi menyatakan bahwa sesuatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui pendekatan logis atau berpikir secara rasional. Korespondensi menyatakan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan tersebut didasarkan atas fakta atau realita. Koherensi dalam pengetahuan diperoleh melalui pendekatan empirik atau bertolak dari fakta. Dengan demikian, kebenaran ilmu harus dapat dideskripsikan secara rasional dan dibuktikan secara empirik.

Koherensi dan korespondensi mendasari bagaimana ilmu diperoleh telah melahirkan cara mendapatkan kebenaran ilmiah. Proses untuk mendapatkan ilmu agar memiliki nilai kebenaran harus dilandasai oleh cara berpikir yang rasional berdasarkan logika dan berpikir empiris berdasarkan fakta. Salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah melalui penelitian. Banyak definisi tentang penelitian tergantung sudut pandang masing-masing. Penelitian dapat didefinisikan sebagai upaya mencari jawaban yang benar atas suatu masalah berdasarkan logika dan didukung oleh fakta empirik. Dapat pula dikatakan bahwa penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis melalui proses pengumpulan data, pengolah data, serta menarik kesimpulan berdasarkan data menggunakan metode dan teknik tertentu.

Pengertian tersebut di atas menyiratkan bahwa penelitian adalah langkah sistematis dalam upaya memecahkan masalah. Penelitian merupakan penelaahan terkendali yang mengandung dua hal pokok yaitu logika berpikir dan data atau informasi yang dikumpulkan secara empiris (Sudjana, 2001). Logika berpikir tampak dalam langkah-langkah sistematis mulai dari pengumpulan, pengolahan, analisis, penafsiran dan pengujian data sampai diperolehnya suatau kesimpulan. Informasi dikatakan empiris jika sumber data mengambarkan fakta yang terjadi bukan sekedar pemikiran atau rekayasa peneliti. Penelitian menggabungkan cara berpikir rasional yang didasari oleh logika/penalaran dan cara berpikir empiris yang didasari oleh fakta/ realita.

Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran harus didasari oleh proses berpikir ilmiah yang dituangka dalam metode ilmiah. Metode ilmiah adalah kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting yakni pengamatan (observation) dan penalaran (reasoning). Metode ilmiah didasari oleh pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran maka pernyataan tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya secara empirik (berdasarkan fakta).

Bagaimana Menemukan Sebuah Masalah Dalam Penulisan

Sebenarnya banyak sekali cara untuk menemukan sebuah masalah yang akan kita jadikan penelitian. Tentunya langkah pertama adalah penentuan topik, yang merupakan tahap awal dalam proses penelitian atau penyusunan karya ilmiah. Topik yang masih bersifat awal tersebut kemudian difokuskan dengan cara membuatnya lebih sempit cakupannya atau lebih luas cakupannya. Ketika cakupannya sudah sesuai, kemudian permasalahan dapat ditentukan. Permasalahan dapat berupa pertanyaan yang kemudian analisis atau pernyataan argumentasi yang merupakan penjabaran bukti berdasarkan analisis.

Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan untuk menemukan permasalahan dari topik karya ilmiah yang sudah siap.

  1. Tentukan tipe karya ilmiah
  2. Siapkan sumber informasi (resources)
  3. Menyempitkan atau memperluas topik
  4. Membangun permasalahan dari topik
  5. Uji “SO WHAT”

Untuk mendapatkan kebenaran ilmiah, penelitian harus mengandung unsur keilmuan dalam aktivitasnya. Penelitian yang dilaksanakan secara ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada karakeristik keilmuan yaitu:

  1. Rasional: penyelidikan ilmiah adalah sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia.
  2. Empiris: menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati orang lain dengan     menggunakan panca indera manusia.
  3. Sistematis: menggunakan proses dengan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Penelitian dikatakan tidak ilmiah jika tidak menggunakan penalaran logis, tetapi menggunakan prinsip kebetulan, coba-coba, spekulasi. Cara-cara seperti ini tidak tepat digunakan untuk pengembangan suatu profesi ataupun keilmuan tertentu. Suatu penelitian dikatakan baik (dalam arti ilmiah) jika mengikuti cara-cara yang telah ditentukan serta dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan bukan secara kebetulan.

Dalam keseharian sering ditemukan konsep-konsep yang kurang tepat dalam memaknai penelitian antara lain:

  1. Penelitian bukan sekedar kegiatan mengumpulkan data atau informasi. Misalnya, seorang kepala sekolah bermaksud mengadakan penelitian tentang latar belakang pendidikan orang tua siswa di sekolahnya. Kepala sekolah tersebut belum dapat dikatakan melakukan penelitian tetapi hanya sekedar mengumpulkan data atau informasi saja. Pengumpulan data hanya merupakan salah satu bagian kegiatan dari rangkaian proses penelitian. Langkah berikutnya yang harus dilakukan kepala sekolah agar kegiatan tersebut menjadi penelitian adalah menganalisis data. Data yang telah diperolehnya dapat digunakan misalnya untuk meneliti pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
  2. Penelitian bukan hanya sekedar memindahkan fakta dari suatu tempat ke tempat lain. Misalnya seorang pengawas telah berhasil mengumpulkan banyak data/infromasi tentang implementasi MBS di sekolah binaanya dan menyusunnya dalam sebuah laporan. Kegiatan yang dilakukan pengawas tersebut bukanlah suatu penelitian. Laporan yang dihasilkannya juga bukan laporan penelitian. Kegiatan dimaksud akan menjadi suatu penelitian ketika pengawas yang bersangkutan melakukan analisis data lebih lanjut sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Misalnya:
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi MBS atau
  • Faktor-faktor penghambat implementasi MBS serta upaya mengatasinya.

Bagaimana Membuat Rumusan Masalah

Pada Pembahasan di atas telah kita bahas bagaimana cara untuk menemukan permasalahan dalam penulisan.

Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan untuk menemukan permasalahan dari topik karya ilmiah yang sudah siap.

  1. Tentukan tipe karya ilmiah
  2. Siapkan sumber informasi (resources)
  3. Menyempitkan atau memperluas topik
  4. Membangun permasalahan dari topik
  5. Uji “SO WHAT”

1.   Tentukan tipe karya ilmiah

Berikut ini beberapa tipe karya ilmiah :

  • ANALISIS melihat apa yang dibalik permukaan materi: melihat hubungan antar bagian dan keseluruhan, mengenali hubungan antara sebab-akibat, mencari hal-hal penting, mempertanyakan suatu validitas. Kata tanya yang digunakan BAGAIMANA, atau APA. Kalimat tanya yang dibentuk bukanlah kalimat tanya yang tertutup atau hanya membutuhkan jawaban “ya” atau “tidak”. Kalimat tanya yang dibentuk membutuhkan penjabaran dalam menjawabnya. Penjabaran itulah yang kemudian menjadi karya ilmiah yang disusun dalam bab-bab yang berurutan dan saling berhubungan.
    Contoh rumusan masalah :
  1. Bagaimana Metadata Dublin Core yang memiliki 15 elemen mampu mengklasifikasikan informasi berbentuk image, audio dan video?
  2. Bagaimana data ciri khas masing-masing informasi tersebut dapat diadaptasi oleh
    Metadata Dublin Core?
  3. Apa faktor-faktor dalam metode Winter yang menyebabkan perubahan nilai
    produksi barang tertentu?
  4. Bagaimana menghasilkan trend prestasi akademik dari setiap angkatan mahasiswa berdasarkan hasil test masuk?
  • PERBANDINGAN berarti mencari perbedaan dan persamaan. Aspek yang dibandingkan disiapkan dan digunakan untuk menyusun penulisan.
    Contoh :
  1. Bandingkan performa akses ke digital library dengan repository terpusat di satu
    server dengan kapasitas besar, dengan akses ke digital library dengan repository
    terdistribusi dengan kapasitas sedang. Perbandingan yang dapat dilihat dari
    kecepatan akses, macam standar yang diperlukan, prosedur update data, prosedur
    pemeliharaan, keamanan data dll.
  2. Bandingkan alternatif pendukung keputusan tentang banyak barang yang
    diproduksi berdasarkan metode X dan metode Y dengan parameter jenis barang,
    dan jumlah barang.
  3. Bandingkan ketepatan dokumen hasil pencarian dengan metode X dan Y
    berdasarkan faktor-faktor: jumlah istilah, bobot istilah dan kecepatan proses.
  • ARGUMENTASI (setuju atau tidak setuju) meminta kita berada di satu sisi berdasarkan analisis dari bukti-bukti yang kuat dan alasan yang jelas dan dapat diterima. Pada dasarnya hanya ada dua tipe dari 3 tipe yang dijelaskan di atas yaitu tipe analisis dan argumentasi. Tipe perbandingan termasuk dalam tipe analisis karena melakukan analisis terhadap 2 hal yang dibandingkan.

2.   Siapkan sumber informasi

Ketika permasalahan sudah ditentukan dan jelas, maka sumber informasi dapat mulai
dicari.Sumber informasi yang tersedia dalam suatu institusi akademik adalah :

  1. Buku pegangan kuliah yang digunakan para dosen untuk mengajar. Sifat buku ini biasanya berisi teori dan latihan. Buku ini cocok untuk pengajaran dan dasar dari teori-teori yang sedang dipelajari.
  2. Buku umum referensi seperti ensiklopedia dan kamus bidang ilmu tertentu yang digunakan untuk mengenalkan hal-hal dasar. Cocok untuk mahasiswa pemula.
  3. Jurnal ilmiah digunakan untuk mendapatkan pengembangan terbaru dalam bidang ilmu tertentu dan sangat cocok untuk menjadi referensi karya ilmiah. Jurnal ilmiah dapat dalam bentu cetak maupun digital (database online)
  4. Sumber informasi di Internet berupa situs-situs yang sesuai dengan bidang ilmu. Sifat informasi beragam dalam waktu dan ketepatan. Sumber informasi perlu verifikasi sebelum digunakan.
  5. Data statistik dan data-data dari pemerintah dapat didapatkan secara online seperti misalnya pada situs Badan Statistik Nasional. Perkembangan daerah-daerah tertentu atau negara tertentu dapat dipantau dari situs resmi pemerintah terkait.
  6. Sumber informasi lain adalah hasil wawancara dan hasil observasi dari mahasiswa yang berkaitan dengan karya yang sedang dikerjakan.

Semua sumber informasi di atas dapat digunakan. Beberapa sumber informasi yang tidak direkomendasikan sebagai referensi dalam penulisan karya ilmiah adalah majalah populer dan catatan/bahan ajar dosen.

Kumpulkan beberapa buku, artikel, buku referensi atau apapun yang ditemukan dan baca beberapa halaman pada bahasan-bahasan yang tepat. Hindari untuk berusaha membaca 1 atau lebih bab penuh, karena akan membuat terbeban berat.

Untuk mencari informasi dari buku-buku beberapa hal yang membantu untuk pencarian informasi secara efektif adalah:

  • baca daftar isi dan temukan beberapa istilah yang berkaitan dengan topik
  • baca halaman pengantar untuk mengetahui isi singkat buku dan tingkat pembaca yang dituju
  • cari istilah-istilah kunci dalam topik di indeks
    Jika menemukan istilah atau bahasan yang terkait dengan topik, bacalah pada halaman yang membahas istilah tersebut. Jika sesuai teruskan, jika tidak carilah pada bagian lain, atau pada buku lain.

Untuk penggunaan koleksi karya ilmiah seperti jurnal, prosiding, atau laporan penelitian, abstrak karya ilmiah tersebut menjadi bagian pertama untuk dibaca. Abstrak memberikan gambaran singkat dari isi karya ilmiah. Dari abstrak, pembaca dapat menentukan apakah isi artikel tersebut mendukung/sesuai atau tidak.

Dengan mendapatkan beberapa materi pendukung, atau sumber informasi sesuai dengan topik, maka topik tersebut akan dapat dikembangkan, permasalahan yang menarik untuk dibahas akan muncul, dan ide-ide yang belum terpikirkan sebelumnya dapat dilengkapi.

3.   Menyempitkan atau memperluas topik

Seringkali kita mendapati bahwa topik yang dipilih masih terlalu sempit artinya sumber informasi yang ditemukan sangat terbatas, ukuran karya ilmiah yang akan dihasilkan tidak mencukupi standar yang ditentukan (jumlah halaman misalnya), atau terlalu luas karena sumber informasi terlalu banyak sehingga perlu dipersempit cakupannya sampai sumber informasi yang digunakan cukup, misalnya 5 dari 25 sumber informasi.

Menyempitkan atau memperluas juga diperlukan berkenaan dengan popularitas dari topik tersebut, jika topik sudah banyak dibahas dan diteliti, maka perlu perbaikan sehingga menghasilkan topik yang punya fokus khusus dari topik tersebut.

Contoh Topik:

  • Data warehousing dalam industri
  • Keamanan data di Internet
  • Database terdistribusi
  • Pengenalan Pola untuk Pengambilan Keputusan
  • menyempitkan (narrowing) menggunakan journalist’s questions untuk mendapatkan aspek lain dari hal yang luas tadi. Misalnya: Data warehousing.
    What : Apa dari datawarehousing yang dapat dianalisis? Strukturnya,
    algoritmanya
    When : Pada saat proses apa dalam datawarehousing yang dapat dibahas? Akses,
    pencarian pada datawarehousing
    Who : jenis perusahaan, jenis data yang mana cocok menggunakan
    datawarehousing?
    Where : dimana inti dari datawarehousing?
    Why : mengapa ada datawarehousing, mengapa perlu?
    How : bagaimana hubungan datawarehousing dengan data mining? Dengan DSS?
    Dengan SIM?
    Misalnya: E-Business.
    Hubungkan topik tersebut dengan : pemasaran menggunakan log atau counter pengunjung, pengujian popularitas melalui link pada situs lain, komunikasi data gudang/pasokan secara real time kepada pemasok, pengolahan sesumber secara
    online dengan cabang-cabang dalam dan luar daerah.
  • Memperluas (broadening)
    Cari hubungan topik dengan hal lain yang berada di sekitar topik yang dipilih. Contoh
    topik:

4.   Permasalahan

Dari jenis karya ilmiah yang ditetapkan dapat ditentukan beberapa hal:

A.   Argumentasi/thesis

  • intinya pada pernyataan berdasarkan analisis dan bersifat argumentasi
  • menyatakan apa pilihan/cara yang terbaik/tercepat/ paling tepat didasari pada hasil analisis
  • pernyataan yang meyakinkan dengan didukung bukti dari hasil analisis
  • menjawab pertanyaan “APA” dan “MENGAPA” dalam rangka membuktikan bahwa apa yang dinyatakan itu benar
  • berada pada salah satu sisi dari topik
  • pernyataan harus lolos uji “SO WHAT”, artinya pernyataan tersebut dianggap penting, menarik dan layak untuk diperdebatkan
  • sifatnya terfokus dan sempit
    Contoh : Metode Winter menghasilkan dukungan pengambilan keputusan untuk
    penentuan produksi barang musiman dengan ketepatan lebih dari 75%.

B.   Analisis

  • intinya pada pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang akan diteliti, dicari jawabannya atau didapatkan solusinya
  • mencari kemungkinan-kemungkinan pilihan/cara yang terbaik/tercepat/paling
  • dapat diperoleh dengan menggunakan journalist’s questions untuk mendapatkan pertanyaan yang menarik dan layak untuk dianalis
  • pertanyaan lolos uji “SO WHAT”, artinya pertanyaan tersebut akan menghasilkan jawaban yang layak dianalisis, dan menghasilkan temuan baru atau lain
  • sifatnya luas, fokus pada beberapa hal.

Maka pada intinya: thesis/argumentasi adalah salah satu kemungkinan/jawaban untuk
menjawab. Contoh dari bentuk rumusan masalah yang bersifat analisis adalah:
Bagaimana menentukan trend peningkatan jumlah konsumen dengan metode market
basket analysis.

5.   Uji "So What?"

Ketika merencanakan untuk menulis, hal yang penting untuk diperhatikan adalah:

  1. Usahakan/cari/pilih topik yang pantas untuk diperdebatkan atau untuk digali lagi.
  2. Permasalahan atau argumentasi yang disajikan masih populer, menarik untuk
    dibahas atau kontroversial
  3. Selalu bertanya :” SO WHAT” (apa pentingnya topik ini?) atau “WHO CARES” (siapa akan tertarik/peduli?)
    Contoh topik:
    - Teknologi SMS
    - Image 2 dimensi
    - Distributed database pada digital library
    - Parking lot detection dengan infrared
    - Car ID recognition
    Mana yang kira-kira menarik untuk ditulis/dibahas/didiskusikan? Dan mana yang kurang menarik? Coba cek topik yang dipilih? Apakah cukup up to date untuk dibahas/ditulis?
    Buatlah topik lebih sempit atau lebih luas kemudian menentukan permasalahan untuk karya ilmiah argumentasi atau karya ilmiah analisis.
    Lakukan uji “SO WHAT” pada setiap pernyataan argumentasi atau pertanyaan yang
    akan diteliti.

Sumber : klik disini1 dan disini2

Baca Selengkapnya..
Langganan: Postingan (Atom)