Apa yang harus kita lakukan sebelum membuat karya tulis seperti skripsi, tesis dan disertasi?

  1. Kesalahan yang sering dilakukan adalah dengan mencari judul karya tulis tersebut, namun sebenarnya yang paling penting adalah carilah permasalahannya dulu.
  2. Tentukanlah variabel Y dahulu, karena sebetulnya yang pertama ditulis dalam suatu penelitian adalah variabel y, baru tentukan variabel x.
  3. Pilihlah metode Penelitian apa yang akan kita rumuskan, apakah penelitian kuantitatif ataukah penelitian kualitatif, hal yang membedakan keduanya adalah cara berpikir / cara pandang kita dalam melihatnya, penelitian kuantitatif yang notabene menggunakan angka-angka, fokus utamanya berada di obyek yang diteliti, sedangkan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, fokus utamanya berada di lingkungan yang diteliti, sehingga dapat berbentuk pemaparan-pemaparan.
  4. Sebenarnya setiap penelitian itu akan menjawab fenomena-fenomena, apa yang dimaksud dengan fenomena? Jawabannya adalah kegelisahan / masalah yang menjadi pusat perhatian peneliti.
  5. Setiap penelitian, terutama penelitian yang bersifat kuantitatif, sudah ditentukan pengukurannya,seperti path analysis, regeresi, spearman, dll, tergantung apa yang menjadi obyek penelitian kita.
  6. Dalam merumuskan kesimpulan, terkadang kita melakukan banyak kesalahan, namun yang terpenting adalah kesimpulan itu harus menjawab Rumusan Masalah.
  7. Jumlah variabel dalam penelitian tidak dapat menentukan mana penelitian untuk skripsi, tesis,atau disertasi, namun yang membedakan ketiganya adalah cakupan / luasnya pengujian yang dilakukan, sehingga luasnya pembuktian data untuk tesis akan lebih luas dibandingkan dengan skripsi.
  8. Kesalahan yang sering kita lakukan dalam hipotesis adalah membuktikan hipotesis/dugaan sementara, padahal yang betul adalah menguji hipotesis itu sendiri.
  9. Dalam penelitian Kualitatif, Kita bisa menggunakan metode Triangulasi, yaitu 1 variabel Y dicari dengan mengungkapkan 3 masalah(variabel x).
  10. Jadi dapat disimpulkan, bahwa yang harus Kita lakukan sebelum membuat karya tulis adalah:
  • Merumuskan apa permasalahannya?
  • Penjelasan teori-teori yang berkaitan dengan karya tulis yang akan dibuat disertai buku-buku teks pengantar yang memang ada secara riil di tangan penulis.
  • Yang terpenting adalah dalam Bab.4 Pembahasan yang kita tulis dari karya tulis harus dijelaskan secara detail.
  • Harus ada diskusi,agar penelitian kita dinyatakan valid.

Tahapan dalam menulis Karya Ilmiah

Tahap persiapan mencakup kegiatan menemukan masalah atau mengajukan masalah yang akan dibahas dalam penelitian. Masalah yang ditemukan itu didukung oleh latar belakang, identifikasi masalah, batasan, dan rumusan masalah. Langkah berikutnya mengembangkan kerangka pemikiran yang berupa kajian teoritis.
Langkah selanjutnya adalah mengajukan hipotesis atau jawaban atau dugaan sementara atas penelitian yang akan dilakukan. Metodologi dalam tahap persiapan penulisan karya ilmiah juga diperlukan . Metodologi mencakup berbagai teknik yang dilakukan dalam pengambilan data, teknik pengukuran, dan teknik analisis data. Kemudian tahap penulisan merupakan perwujudan tahap persiapan ditambah dengan pembahasan yang dilakukan selama dan setelah penulisan selesai. Terakhir adalah tahap penyuntingan dilakukan setelah proses penulisan dianggap selesai.
Keterampilan yang diperlukan dalam menulis ilmiah:

  1. Keterampilan bahasa (ejaan, pilihan dan betikan kata, kalimat, paragraf),
  2. Keterampilan penyajian (sistematika penyajian judul, subjudul, sub - sub judul),
  3. Keterampilan perwajahan (format, ukuran kertas, jenis kertas, tipe huruf, penjilidan, bibliografi, apendiks, lampiran),

Hal penting dalam penulisan ilmiah:

  1. Gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah harus jelas dan tepat dalam penyampaian pesan yang bersifat reproduktif dan impersonal.
  2. Teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam penulisan.
  3. Penulisan ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar.
  4. Karena bersifat reproduktif, penerima pesan harus mendapat kopi yang sama dengan si pemberi pesan.
  5. Karena bersifat impersonal, tulisan ilmiah tidak boleh menggunakan pernyataan yang menggunakan kata ganti penulisnya.
  6. Dalam tulisan ilmiah, sering digunakan kalimat pasif.
  7. Pembahasan secara ilmiah mengharuskan kita berpaling kepada pengetahuan-pengetahuan ilmiah sebagai premis argumentasi (sumber kutipan).
  8. Teknik notasi ilmiah dapat menggunakan catatan kaki, tapi lebih disarankan menggunakan teknik kutipan dan sumber rujukan.

Sumber: klik disini 1 dan disini 2

Baca Selengkapnya..

Metode ilmiah boleh dikatakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama. Dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah terjawab, seperti menjawab seberapa jauh, mengapa begitu, apakah benar, dan sebagainya.

Menurut Almadk (1939), ”metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran”. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi”.
Metode ilmiah dalam meneliti mempunyai kriteria serta langkah-langkah tertentu dalam Metode ilmiah bekerja. seperti di bawah ini.

Kriteria

  1. Berdasarkan fakta
  2. Bebas dari prasangka
  3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa
  4. Menggunakan hipotesa
  5. Menggunakan ukuran objektif
  6. Menggunakan teknik kuantifikasi

Langkah-langkah

  1. Memilih dan mendefinisikan masalah.
  2. Survei terhadap data yang tersedia.
  3. Memformulasikan hipotesa.
  4. Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa.
  5. Mengumpulkan data primer.
  6. Mengolah, menganalisa serta membuat interpretasi.
  7. Membual generalisasi dan kesimpulan.
  8. Membuat laporan.

Kriteria Metode Ilmiah

Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut:

  1. Berdasarkan fakta.
  2. Bebas dari prasangka (bias).
  3. Menggunakan prinsip-prinsip analisa.
  4. Menggunakan hipotesa.
  5. Menggunakah ukuran objektif.
  6. Menggunakan teknik kuantifikasi.

Berdasarkan Fakta

Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasarkan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.

Bebas dari Prasangka

Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.

Menggunakan Prinsip Analisa

Dalam memahami serta memberi arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.

Menggunakan Hipotesa

Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk mengonggokkan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.

Menggunakan Ukuran Obyektif

Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.

Menggunakan Teknik Kuantifikasi

Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk atribut-atribut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan. Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagainya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.

LANGKAH DALAM METODE ILMIAH
Pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah harus mengikuti langkah-langkah tertentu. Marilah lebih dahulu ditinjau langkah-langkah yang diambil oleh beberapa ahli dalam mereka melaksanakan penelitian.

Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Pemilihan bidang, topik atau judul penelitian.
  2. Mengadakan survei lapangan untuk merumuskan masalah-masalah yang ingin dipecahkan.
  3. Membangun sebuah bibliografi.
  4. Memformulasikan dan mendefinisikan masalah.
  5. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
  6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hubungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
  7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah.
  8. Menentukan apakah data atau bukti yang diperlukan tersedia atau tidak.
  9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
  10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
  11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
  12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
  13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
  14. Menggunakan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
  15. Menulis laporan penelitian.

Sumber : klik disini

Baca Selengkapnya..

Karya ilmiah (Scientific Paper) adalah laporan tertulis dan di publikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

Ciri-Ciri Karangan Ilmiah

  1. Logis, maksudnya semua keterangan yang diketengahkan mempunyai alasan yang dapat diterima akal.
  2. Sistematis, yaitu semua yang dipaparkan disusun dalam urutan yang berkesinambungan.
  3. Objektif atau faktual, artinya keterangan yang di kemukakan didasarkan pada apa yang benar-benar ada atau sesuai dengan fakta.
  4. Teruji, artinya keterangan yang diberikan dapat diuji kebenarannya, dan
  5. Bahasanya bersifat lugas atau denotatif.

Syarat-Syarat Karangan Ilmiah

  1. Mengandung masalah serta pemecahannya;
  2. Masalah harus merangsang atau menarik perhatian pembaca;
  3. Lengkap dan tuntas, artinya membeberkan semua segi yang berkaitan dengan masalahnya; dan
  4. Disusun menurut sistem tertentu dan metode tertentu sehingga mudah dimengerti dan dipahami

Jenis Karangan Ilmiah

Jenis karya ilmiah antara lain

  1. Laporan ialah bentuk karangan yang berisi rekaman kegiatan tentang suatu yang sedang dikerjakan, digarap, diteliti, atau diamati, dan mengandung saran-saran untuk dilaksanakan. Laporan ini disampaikan dengan cara seobjektif mungkin.
  2. Makalah ditulis oleh siswa atau mahasiswa sehubungan dengan tugas dalam bidang studi tertentu. Makalah dapat berupa hasil pembahasan buku atau hasil suatu pengamatan.
  3. Kertas kerja adalah karangan yang berisi prasaran, usulan, atau pendapat yang berkaitan dengan pembahasan suatu pokok persoalan, untuk dibacakan dalam rapat kerja, seminar, simposium, dan sebagainya.
  4. Skripsi, karya tulis yang diajukan untuk mencapai gelar sarjana atau sarjana muda. Skripsi ditulis berdasarkan studi pustaka atau penelitian bacaan, penyelidikan, observasi, atau penelitian lapangan sebagai pra syarat akademis yang harus ditempuh, dipertahankan dan dipertanggungjawabkan oleh penyusun dalam sidang ujian.
  5. Tesis mempunyai tingkat pembahasan lebih dalam daripada skripsi. Pernyataan-pernyataan dan teori dalam tesis didukung oleh argumen-argumen yang lebih kuat, jika dibandingkan dengan skripsi. Tesis ditulis dengan bimbingan seorang dosen senior yang bertanggung jawab dalam bidang studi tertentu.
  6. Disertasi ialah karangan yang diajukan untuk mencapai gelar doktor, yaitu gelar tertinggi yang diberikan oleh suatu universitas. Penulisan disertasi ini di bawah bimbingan promotor atau dosen yang berpangkat profesor, dan isinya pembahasan masalah yang lebih kompleks dan lebih mendalam daripada persoalan dalam tesis.
  7. Resensi ialah karya tulis yang berisi hasil penimbangan, pengulasan, atau penilaian sebuah buku. Resensi yang disebut juga timbangan buku atau book review sering disampaikan kepada sidang pembaca melalui surat kabar atau majalah. Tujuan resensi ialah memberi pertimbangan den penilaian secara objektif, sehingga masyarakat mengetahui apakah buku yang diulas tersebut patut dibaca ataukah tidak.
  8. Kritik dari bahasa Yunani kritikos yang berarti “hakim”. Kritik sebagai bentuk karangan berisi penilaian baik buruknya suatu karya secara objektif. Kritik tidak hanya mencari kesalahan atau cacat suatu karya, tetapi juga menampilkan kelebihan atau keunggulan karya itu seperti adanya.
  9. Esai adalah semacam kritik yang lebih bersifat subjektif. Maksudnya apa yang di kemukakan dalam esai lebih merupakan pendapat pribadi penulisnya.

Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi, seminar, loka karya, dan penulisan karya ilmiah
Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut.

  • Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya. Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan seterusnya.
  • Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan kekurangannya, kecocokan tidaknya, kebenaran tidaknya, dan sebagainya.
  • Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
  • Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
  • Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
  • Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walaupun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
  • Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.

Sikap ilmiah ini juga harus ada pada diri Anda ketika menyusun buku ilmiah. Kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan sikap ilmiah harus Anda buang jauh-jauh, misalnya sikap menonjolkan diri dan tidak menghargai pendapat orang lain, sikap ragu dan mudah putus asa, sikap skeptis dan tak acuh terhadap masalah yang dihadapi.

Kesalahan yang dapat ditemukan dalam Karya Ilmiah:

  1. Salah mengerti audience atau pembaca tulisannya,
  2. Salah dalam menyusun struktur pelaporan,
  3. Salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak (plagiat),
  4. Salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan,
  5. Penggunaan Bahasa Indonesia (akan dibahas secara khusus) yang belum baik dan benar,
  6. Tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan berkesan seenaknya sendiri),
  7. Tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-ubah).

Sumber: klik disini 1 dan disini 2

Baca Selengkapnya..

Saat tulisan ini dibuat, saya sedang mencoba memublikasikan artikel ini melalui aplikasi pengolah kata yaitu Microsoft Office Word Home & Student Edition. Saat mencobanya, begitu sangat mudah dan menyenangkan. Selain itu sudah didukungnya pengejaan dalam bahasa Indonesia, sehingga secara otomatis akan membetulkan atau memberi pemberitahuan berupa garis bawah merah yang menandakan bahwa kata tersebut salah dalam pengetikan ataupun kata-kata tersebut tidak terdapat dalam bahasa Indonesia.

Di sini, kita dengan mudah membuat artikel yang di dalamnya terdapat fasilitas penomoran dan bulir.

Contoh penomoran:

  1. Satu
  2. Dua
  3. Tiga

Contoh bulir:

  • Bulir 1
  • Bulir 2
  • Bulir 3

Bahkan, kita juga dapat membuat tabel dengan mudah.

Contoh tabel:

Kolom 1

Kolom 2

Baris 1

Baris 1

Baris 2

Baris 2


 Sekian.

Baca Selengkapnya..

Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, simpulan yang diperoleh tidak lebih khusus dari pernyataan (premis).

Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut:

GENERALISASI

Generalisasi adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data kita tidak ragu-ragu mengatakan bahwa “ lulusan sekolah pintar-pintar”. Hal ini dapat disimpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan gambaran seperti itu.

Contoh lain:

Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.

Sahih atau tidak sahihnya kesimpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dari hal-hal yang berikut:

  1. Data-data itu harus memadai jumlahnya. Makin banyak data yang dipaparkan maka makin sahih simpulan yang diperoleh.
  2. Data-data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan kesimpulan yang sahih.
  3. Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat dijadikan data.

ANALOGI

Analogi adalah cara penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.

Contoh:

Nina adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A
Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai berikut:

  1. Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
  2. Analogi dilakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.
  3. Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.

HUBUNGAN KAUSAL
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Hal ini terlihat ketika tombol ditekan yang akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Hujan turun dan jalan-jalan becek. Ia kena penyakit kanker darah dan meninggal dunia. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah yaitu sebagai berikut:

  1. Sebab akibat
    Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Di samping ini pola seperti ini juga dapat menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
    Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang nyata.
  2. Akibat sebab
    Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupakan simpulan.
  3. Akibat-akibat
    Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu akibat yang lain. Contohnya adalah sebagai berikut:
    Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamannya becek, ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah. Dalam kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan yaitu hari hujan.

SALAH MENALAR
Gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut salah nalar. Salah nalar ini disebabkan karena ketidaktepatan orang mengikuti tata cara pikirannya. Apabila kita perhatikan beberapa kalimat dalam bahasa Indonesia secara cermat, kadang-kadang kita temukan beberapa pernyataan atau premis tidak masuk akal. Kalimat-kalimat yang seperti itu disebut kalimat dari hasil salah nalar.
Kalau kita pilah-pilah beberapa bentuk salah nalar itu, kita dapat membagi salah nalar itu dalam beberapa macam, yaitu sebagai berikut:

  • Deduksi yang salah
    Salah nalar yang disebabkan oleh deduksi yang salah merupakan salah nalar yang amat sering dilakukan seseorang. Hal ini terjadi karena orang salah mengambil simpulan dari suatu silogisme dengan diawali oleh premis yang salah atau tidak memenuhi syarat. Beberapa salah nalar jenis ini adalah sebagai berikut:
  1. Pak Ruslan tidak dapat dipilih sebagai Lurah di sini karena dia miskin.
  2. Bunga anggrek sebetulnya tidak perlu dipelihara karena bunga anggrek banyak ditemukan dalam hutan.
  3. Dia pasti cepat mati karena dia menderita penyakit jantung.
  • Generalisasi Terlalu Luas
    Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah. Beberapa salah nalar jenis ini adalah sebagai berikut:
  1. Gadis Bandung cantik-cantik.
  2. Kuli pelabuhan jiwanya kasar.
  3. Orang Makasar pandai berdayung.
  • Pemilihan Terbatas Pada Dua Alternatif
    Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan “itu” atau “ini”
    Beberapa penalaran yang salah seperti itu adalah sebagai berikut:
  1. Engkau harus mengikuti kehendak ayah atau engkau berangkat dari rumah ini.
  2. Dia membakar rumahnya agar kejahatannya tidak ketahuan orang.
  • Penyebaban yang salah nilai
    Salah nalar jenis ini disebabkan karena kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadi pergeseran maksud. Orang tidak menyadari bahwa yang dikatakan itu adalah salah. Beberapa salah nalar yang termasuk jenis ini adalah sebagai berikut:
  1. Matanya buta sejak beberapa waktu yang lalu. Itu tandanya dia melihat gerhana matahari total.
  2. Sejak ia memperhatikan dan membersihkan kuburan leluhurnya dia hamil.

Baca Selengkapnya..

Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Contoh :

Sebuah sistem generalisasi.

Laptop adalah barang eletronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi, DVD Player adalah barang elektronik dan membutuhkan daya listrik untuk beroperasi,

Generalisasi : semua barang elektronik membutuhkan daya listrik untuk beroperasi.

Deduksi ialah proses pemikiran yang berpijak pada pengetahuan yang lebih umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih khusus.

Bentuk standar dari penalaran deduktif adalah silogisme, yaitu proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi)

Bentuk silogisme

  • Silogisme kategoris: terdiri dari proposisi-proposisi kategoris.
  • Silogisme hipotesis: salah satu proposisinya berupa proposisi hipotesis.

Misalnya:

Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah

Premis 2 : Sekarang hujan

Konklusi : Maka jalanan basah.

Bandingkan dengan jalan pikiran berikut:

Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan basah

Premis 2 : Sekarang jalanan basah

Konklusi : Maka hujan.

Silogisme Standar

Silogisme kategoris standar = proses logis yang terdiri dari tiga proposisi kategoris.

Proposisi 1 dan 2 adalah premis

Proposisi 3 adalah konklusi

Contoh:

“Semua pahlawan adalah orang berjasa

Kartini adalah pahlawan

Jadi: Kartini adalah orang berjasa”.

Kesimpulan hanya dicapai dengan bantuan proposisi dua

Jumlah term-nya ada tiga, yakni: pahlawan, orang berjasa dan Kartini.

Masing-masing term digunakan dua kali.

Sebagai S, “Kartini” digunakan 2 kali (sekali di premis dan sekali di konklusi)

Sebagai P, “orang berjasa” digunakan 2 kali (sekali di premis dan sekali di konklusi)

Term “pahlawan”, terdapat 2 kali di premis, tapi tidak terdapat di konklusi.

Term ini disebut term tengah (M, singkatan dari terminus medius). Dengan bantuan term tengah inilah konklusi ditemukan (sedangkan term tengah sendiri hilang dalam konklusi).

Term predikat dalam kesimpulan disebut term mayor, maka premis yang mengandung term mayor disebut premis mayor (proposisi universal), yang diletakkan sebagai premis pertama.

Term subyek dalam kesimpulan disebut term minor, maka premis yang mengandung term minor disebut premis minor (proposisi partikular), yang diletakkan sebagai premis kedua.

Term mayor akan menjadi term predikat dalam kesimpulan; sedangkan term minor akan menjadi term subyek dalam kesimpulan

Dengan demikian, kesimpulan dalam sebuah silogisme adalah atau “S = P” atau “S ¹ P”. Kesimpulan itu merupakan hasil perbandingan premis mayor(yang mengandung P) dengan premis minor (yang mengandung S) dengan perantaraan term menengah (M).

Karena M = P; sedang S = M; maka S = P

Premis mayor M = P M = term antara

Premis minor S = M P = term mayor

Kesimpulan S = P S = term minor

Hukum-hukum Silogisme

a. Prinsip-prinsip Silogisme kategoris mengenai term:

  1. Jumlah term tidak boleh kurang atau lebih dari tiga
  2. Term menengah tidak boleh terdapat dalam kesimpulan
  3. Term subyek dan term predikat dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas daripada dalam premis.
  4. Luas term menengah sekurang-kurangnya satu kali universal.

b. Prinsip-prinsip silogisme kategoris mengenai proposisi.

  1. Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan harus afirmatif juga.
  2. Kedua premis tidak boleh sama-sama negatif.
  3. Jika salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga (mengikuti proposisi yang paling lemah)
  4. Salah satu premis harus universal, tidak boleh keduanya pertikular.

Bentuk Silogisme Menyimpang

Dalam praktek penalaran tidak semua silogisme menggunakan bentuk standar, bahkan lebih banyak menggunakan bentuk yang menyimpang. Bentuk penyimpangan ini ada bermacam-macam. Dalam logika, bentuk-bentuk menyimpang itu harus dikembalikan dalam bentuk standar.

Contoh:

“Mereka yang akan dipecat semuanya adalah orang yang bekerja tidak disiplin. Kamu kan bekerja penuh disiplin. Tak usah takut akan dipecat”.

Bentuk standar:

“Semua orang yang bekerja disiplin bukanlah orang yang akan dipecat.

Kamu adalah orang yang bekerja disiplin.

Kamu bukanlah orang yang akan dipecat”.

Baca Selengkapnya..
Langganan: Postingan (Atom)